1.16.2009
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Kepemimpinan dalam pengertian umum adalah suatu proses ketika seseorang memimpin (directs), membimbing (guides), memengaruhi (influences) atau mengontrol (controls) pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain
Ilmu diperlukan sebagai bekal untuk memimpin, sedangkan seni diperlukan untuk menerapkan ilmu tersebut sehingga pemimpin dapat berjalan dalam nuansa yang sejuk dan simpatik
Pengertian tersebut akan membekali kita dalam membicarakan tentang fungsi kepemimpinan dalam organisasi. Banyak hasil penelitian membuktikan bahwa secara psikologis terdapat hubungan yang tidak sederhana antara moral, etik, dan motivasi dengan produktivitas kerja.
Secara harfiah kepemimpnan tradisional dapat diartikan sebagai suatu kepemimpinan yang lahir di tengah-tengah masyarakat primitif atau masyarakat yang baru tumbuh. Dalam masyarakat yang primitif konsep kepemimpinan akan muncul sebagai suatu jawaban dari kondisi objektif yang mereka alami, ketika suatu persoalan hidup dan kehidupan mereka mengalami kemandegan.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Dasar-Dasar Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam pengertian umum adalah suatu proses ketika seseorang memimpin (directs), membimbing (guides), memengaruhi (influences) atau mengontrol (controls) pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain. Dari pengertian umum tersebut dapat dipahami bahwa kepemimpinan merupakan tindakan atau perbuatan seseorang yang menyebabkan seseorang atau kelompok lain menjadi bergerak ke arah tujuan-tujuan tertentu.
a) Prof. Dr. Mr. Prajudi Atmosudirjo dalam bukunya yang berjudul beberapa pandangan umum tentang pengambilan keputusan, menulis kepemimpina sebagai berikut :
“Kepemimpinan adalah kepribadian seseorang yang menyebabkan sekelompok orang lain mencontoh atau mengikutinya. Kepemimpinan adalah kepribadian yang memancarkan pengaruh wibawa, sedemikian rupa sehingga sekelompok orang mau melakukan apa yang dikehendakinya”
b) Haiman, berpendapat bahwa kepemimpian adalah suatu proses dimana seseorang memimpin, membimbing, direfleksikan dengan jiwa seni. Seni berarti disini adalah yaitu indah dalam mempengaruhi, indah dalam membimbing, dan indah dalam mengarahkan. Kalau sudah demikian, Insya Allah hasil kepemimpinan itu pun akan indah dalam arti senang dan menyenangkan.
2. Pendekatan-Pendekatan Dalam Kepemimpinan
1) Pendekatan Emosional
Dalam proses kepemimpinan yang dinamis akan selalu ditemui interaksi antara yang memimpin dengan yang dipimpin atau antara atasan dan bawahan.
Meskipun akan terjadi reaksi tiap individu mungkin tidak sama, karena hal itu tergantung pada kepribadiannya masing-masing, namun pendekatan seperti itu diharapkan dapat membentuk sikap dan perilaku yang sama dalam memandang hal-hal normatif dalam kepemimpinan.
2) Pendekatan Kelompok.
Kepemimpinan akan lebih bergensi apabila tercantum di dalamnya dapat berlangsung dalam dinamika kompetensi yang sehat dan teratur. Dalam pendekatan kelompok, kepemimpian seseorang emang tengah diuji, apakah proses adaptasi atau pengenalan dirinya telah berjalan sesuai dengan prosedur, sehingga mempunyai korelasi dengan tahap asimilasi (saling mengenal) dan selanjutnya dapat mengorbit (memasuki) kawasan integrasi (penyatuan diri).
3. Sebab-Sebab Timbulnya Pemimpin
Berdasarkan analisis emphiris dapat dikemukakan bahwa ada beberapa penyebab timbulnya leader atau pemimpin dalam perkembangan masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat baik tradisional maupun modern, kehadiran seorang pemimpin mutlak diperlukan, karena pemimpin lahir sebagai pengayom dan pelindung dari kelompok di mana dia berada. Secara psikologis antara pemimpin dan yang dipimpin saling memerlukan, baik untuk pengembangan kebudayaan maupun untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya.
Adapun yang mempengaruhi timbulnya pemimpin, dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut :
a) Sebagai Polarisasi dari Anggota-anggota Kelompok
b) Sebagai Pencerminan Kemampuan Seseorang.
c) Sebagai jawaban dari faktor-faktor kondisional dan Situsional.
4. Kepemimpinan Dalam Masyarakat
Masyarakat artinya kumpulan dari orang-orang yang berserikat untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tertentu. Konsekuensi logis dalam kehidupan bermasyarakat adalah munculnya interaksi sesama manusia yang melahirkan dinamika kelompok masyarakat. Dalam dinamika interaksi tersebut biasanya ada satu atau beberapa orang yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi jalan pikiran anggota kelompok untuk tujuan-tujuan tertentu.
Dalam kelompok masyarakat, orang-orang yang dapat mempengaruhi tersebut biasanya disebut sebagai tokoh masyarakat atau pemuka masyarakat
.
5. Kepemimpinan Dalam Birokrasi
Kata Birokrasi berasal dari bahasa Belanda, bureucraat. Menurut Ensiklopedi Indonesia, birokrasi merupakan sebutan untuk pegawai (tinggi) pemerintah yang bertindak berdasarkan instruksi harfiah. Tidak menurut maksud yang dituju dan bertindak tanpa kebijaksanaan sedikitpun.
Kepemimpinan dalam birokrasi sifatnya adalah legal dan formal yang didasarkan atas legitimasi yang normatif. Seorang pemimpin formal diangkat berdasarkan surat keputusan, dia ditugaskan memimpin suatu lembaga tertentu dengan batas-batas wewenang.
B. Proses Kepemimpinan
1. Fungsi Kepemimpinan Dalam Organisasi
Ilmu diperlukan sebagai bekal untuk memimpin, sedangkan seni diperlukan untuk menerapkan ilmu tersebut sehingga pemimpin dapat berjalan dalam nuansa yang sejuk dan simpatik
Pengertian tersebut akan membekali kita dalam membicarakan tentang fungsi kepemimpinan dalam organisasi. Banyak hasil penelitian membuktikan bahwa secara psikologis terdapat hubungan yang tidak sederhana antara moral, etik, dan motivasi dengan produktivitas kerja.
Adapun fungsi pokok dari seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu sebagai administrator dan sebagai manajer, masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Fungsi Administrator dalam pelaksanannya dibagi dua, yaitu sebagai berikut :
a) Pengambil keputusan
b) Perumus Kebijaksanaan
Sebagai pengambil keputusan setiap pemimpin harus berorientasi pada prinsip-prinsip berikut :
1) Harus tepat dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
2) Harus cepat, jangan kdaluwarsa sehingag merugikan gerak organisasi dan anggota
3) Harus rasional, artinya dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan organisasi atau anggota
4) Harus dapat mempermudah tercapainya tujuan organisasi
Adapun sebagai perumus kebijaksanaan seseorang pemimpin harus berorientasi pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Harus berdasarkan penelitian yang obyektif dan didukung oleh data dan fakta yang lengkap
2) Isi dan tujuan kebijaksanaan tidak bertentangan dengan sasaran dan haluan organisasi
3) Ditetapkan berdasarkan musyawarah sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang telah ditentukan
4) Untuk peristiwa yang sama kebijaksanaannya harus sama, walaupun objeknya berbeda.
2. Sebagai manajer, pemimpin harus berperan sebagai :
1) Perencana
2) Organisator
3) Pengarah
4) Pengawas
5) Penilai
2. Kepemimpinan Dalam Perubahan Sosial
Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan, karena tidak ada kekal di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Karenanya tidak ada satu masyarakat pun yang berhenti pada satu titik tertentu sepanjang masa.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat menyentuh dan menggeser nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang serta interaksi sosial, dan lain sebagainya.
Menurut Wibert E. Moore dalam bukunya yang berjudul Social Change mengatakan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan gejala normal. Pengaruhnya dunia dewasa ini merupakan ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern.
3. Efektifitas Kepemimpinan
Prof. Dr. Gerungan dalam bukunya yang berjudul Psychologi Social, menyebutkan ada tiga syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang berhasil, yaitu sebagai berikut :
1) Ketajaman penglihatan sosial
Adapun yang dimaksud dengan ketajaman penglihatan sosial disini adalah suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti gejala-gejala yang dimbul dalam masyarakat atau kehidupan sehari-hari, khususnya mengenai perasaan, tingkah laku, keinginan, dan kebutuhan-kebutuhan para anggota sesama organisasi. Kebutuhan-kebutuhan itu dapat berupa kebutuhan pokok atau kebutuhan pelengkap.
2) Kemampuan berfikir abstrak
Adapun yang dimaksud dengan kemampuan berfikir abstrak adalah pemimpin yang mempunyai otak yang amat cerdas, karena mimiliki abstrak itu dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk melihat, menafsirkan, dan menilai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anggota organisasi.
3) Keseimbangan Emosional
Seseorang yang emosinya tidak stabil, jangankan akan menjadi pemimpin untuk orang lain, menenangkan diri sendiri saja tidak mampu. Seseorang pemimpin harus dapat menciptakan rasa tenang dan aman kepada mereka yang dipimpinnya. Hal ini hanya mungkin dilakukan apabila dia sendiri bersikap tenang dan aman, karena memiliki keseimbangan emosional.
4. Proses Komunikasi Dalam Kepemimpinan
Tidak dapat disangkal, bahwa komunikasi memegang peranan penting dalam hubungan antar manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup terlepas dari manusia lain.
Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia, karena masyarakat hanya bisa berfungsi melalui dan karena komunikasi. Tingkat intesitas hubungan antar manusia akan dapat diukur melalui seberapa jauh keterbukaan komunikasi yang dilakukannya.
Kehidupan manusia sehari-hari sangat dipengaruhi oleh pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut.
C. Tipologi Kepemimpinan
1. Kepemimpinan Tradisional
Secara harfiah kepemimpnan tradisional dapat diartikan sebagai suatu kepemimpinan yang lahir di tengah-tengah masyarakat primitif atau masyarakat yang baru tumbuh. Dalam masyarakat yang primitif konsep kepemimpinan akan muncul sebagai suatu jawaban dari kondisi objektif yang mereka alami, ketika suatu persoalan hidup dan kehidupan mereka mengalami kemandegan.
Dalam konteks ini corak kepemimpinan yang berkembang adalah dalam bentuk feodal, karena siapa yang mempunyai keberanian dia akan tampil ke depan, dan sekali merebut akan tetap mempertahankan bahkan mewariskan kepada keturunannya. Kepemimpinan corak ini berusaha untuk menyalurkan pemikiran dan tindakan pengikutnya ke arah mengagungkan beberapa kelompok.
2. Kepemimpinan Kharismatik
Tipologi kepemimpinan kharismatik ini diwarnai oleh indikator sangat besarnya pengaruh sang pemimpin terhadap para pengikutnya. Kepemimpinan seperti ini lahir karena pemimpin tersebut mempunyai kelebihan yang bersifat psikis dan mental serta kemampuan tertentu, sehingga apa yang diperintahkannya rasionalitas dan perintah tersebut. Jika dilihat lebih jauh seakan-akan antara pemimpin dengan pengikutnya seperti ada daya tarik bersifat kebatinan atau magic.
Biasanya dalam kepemimpina kharismatik, interaksinya dengan lingkuang lebih banyak bersifat informal. Karena dia tidak perlu diangkat secara formal dan tidak ditentukan oleh kekayaan, tingkat usia, bentuk fisik, dan sebagainya. Meskipun demikian, kepercayaan pun mempercayainya dengan penuh kesungguhan, sehingga dia sering dipuja dan dipuji bahkan dikultuskan. Sebab dalam kesehariannya dengan kewibawaannya yang cukup besar dia mampu mengendalikan pengikutnya tanpa memerlukan bantuan dari pihak lain.
Kepemimpinan kharismatik biasanya menggunakan gaya persuasif dan edukatif. Apabila dilihat dari kacamata administrasi dan manajemen sebenarnya kepemimpinan tipologi ini akan jauh lebih berhasil apabila kebetulan pemimpinnya mendapat kepercayaan pula sebagai pemimpin formal, baik dalam pemerintahan maupun dalam persatuan atau organisasi kemasyarakatan.
3. Kepemimpinan Rasional
Kepemimpinan dalam suatu organisasi hanya akan efektif, jika kepemimpinannya itu dapat diterima oleh pengikutnya. Oleh sebab itu, kepemimpinan harus diimbangi dengan nilai-nilai rasionalitas yang secara timbal balik diakui dan dibenarkan, baik oleh sang pemimpin maupun pengikutnya.
Salah satu bagian penting dari tugas pemimpin adalah pengembangan sumber daya manusia atau orang-orang yang dipimpin.
4. Kepemimpinan Otoriter
Tipologi kepemimpinan otoriter atau biasa juga disebut dengan istilah otokratis, biasanya tidak bertahan lama dan kalaupun akan bertahan hanya dilingkungan terbatas. Ketika masyarakat mulai berkembang dan maju, baik dalam arti pendidikan maupun ekonomi dan peradaban, sekaligus bersamaan waktunya kepemimpinan otoriter kan dijauhi oleh masyarakat.
Gaya kepemimpinan represif, inspektif, dan investivigatif merupakan tingkah lakunya sehari-hari. Gaya-gaya tersebut sekaligus membuktikan bahwa seorang pemimpinan yang otoriter adalah seorang yang hanya mengutamakan kehendak sendiri. Seolah-olah pada dirinya berhimpun dua kekuasaan, yaitu memberi perintah dan menentukan keputusan.
5. Kepemimpinan Demokratis
Ada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran dalam melihat prototype kepemimpinan yang demokratis antara lain adalah sebagai berikut :
1) Menempatkan manusia dalam pandangan yang terhormat, mulia dan berpotensi.
2) Senantiasa berusaha mempertautkan atara kepentingan dan tujuan organisasi dengan tujuan dan kepentingan pribadi
3) Terbuka menerima kritik dan saran dari siapa saja
4) Berupaya menciptakan iklim yang kondusif dan mengutamakan kerja sama yang kompak
5) Mendorong bawahan untuk bebas berinisiatif, melalui kreativitas yang dinamis
6) Senantiasa membina diri untuk bisa berkembang sebagai pemimpin yang berwawasan luas, andal, dan berwibawa.
Kepemimpinan demokratis adalah tipologi yang paling tepat dan ideal untuk dikembangkan dalam organisasi yang modern. Pertimbangannya adalah karena lebih cocok dengan fitrah manusia dan mudah untuk diterapkan dalam semua lapisan baik masyarakat kota maupun masyarakat desa.
Secara filosofis corak kepemimpinan demokratis akan tergambar dalam tindakan dan perilaku kepemimpian antara lain sebagai berikut :
1) Pemimpin menghargai pengikutnya secara menyeluruh tanpa membeda-bedakan.
2) Pengambilan keputusan sangat berorientasi kepada keputusan kelompok, bukan hasil pemikiran dari seorang pemimpin saja.
3) Pola dialog menjadi kebutuhan dalam menumbuhkan inisiatif kelompok.
4) Tugas dan wewenang disesuaikan dengan ruang lingkup pekerjaan yang tersedia.
5) Memberi peluang yang luas kepada bawahan untuk berkembang sesuai dengan skill-nya
6) Selalu mengatakan bahwa keberhasilan yang dicapai adalah keberhasilan bersama (kelompok).
6. Kepemimpinan Tunggal
Dalam ilmu kepemimpinan dikenal istilah yang sama pengertiannya tetapi berbeda dalam penerapannya, yaitu pimpinan dan kepala.
Persamaan adalah sama-sama menghadapi atau memimpin sekelompok orang dan sama-sama mempunyai tanggung jawab tertentu dalam memimpin atau yang diberi amanah untuk melaksanakan suatu tugas pokok sesuai dengan fungsinya. Sedangkan dalam penerapannya secara operasional terdapat beberapa perbedaan yang sangat prinsipil, yaitu sebagai berikut :
1) Pimpinan
- Bertindak sebagai organisator dan koordinator
- Bertanggung jawab terhadap sekelompok yang dipimpinnya
- Merupakan bagian dari kelompoknya
- Kekuasaannya berasal dari kepercayaan anggota kelompok atau bawahannya
- Dipilih dan diangkat atas kemauan dan persetujuan anggota kelompoknya.
2) Kepala
- Bertindak sebagai penguasa
- Bertanggung jawab terhadap atasan, bukan kepada bawahan
- Tidak selalu merupakan bagian dari kelompoknya
- Kekuasaannya berpijak dari peraturan-peraturan
- Tidak dipilih, melainkan diangkat oleh atasan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
7. Kepemimpinan Kolektif
Pengertian kolektif adalah bersama, jadi tipologi kepemimpinan yang kolektif bermakna bahwa kepemimpinan tidak dijalankan oleh orang seorang dalam kapasitas jabatan apa saja. Tetapi yang menonjol adalah kebersamaan, baik dalam memberikan penilaian terhadap hasil usaha dan pengawasan.
D. Kepemimpinan Dalam Islam
Istilah pemimpin dan kepemimpinan merupakan kesatuan kata yang sulit untuk dipisahkan, karena tiada pemimpin tanpa kepemimpinan, sedangkan kepemimpinan tidak akan berarti tanpa pemimpin. Istilah pemimpin itu sendiri secara etimologis berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) berarti membimbing atau menuntun. Setelah diberi awalan “pe” maka menjadi “pemimpin” (leader). Artinya seorang yang mampu mempengaruhi orang lain melalui kewibawaan dan komunikasi untuk mencapai suatu tujuan
1. Prinsip Kepemimpinan Dalam Islam
Cukup banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah yang memberikan petunjuk tentang siapa yang disebut pemimpin, tugas dan tanggung jawabnya, maupun mengenai sifat-sifat atau perilaku yang harus dimiliki oleh seorang yang disebut pemimpin. Diantaranya beberapa ayat penjelas berikut ini : Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 30
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
2. Sumber-sumber Kepemimpinan Dalam Islam
Terlaksananya suatu proses kepemimpinan denagn baik, diperlukan beberapa unsur antara lain pemimpin yang mempunyai kekuasaan, kewibawaan, dan popularitas yang tinggi. Konsep tujuan yang hendak dicapai dan pengikut yang dapat berkeja sama dengan baik, penuh semangat, dan dedikasi.
Semua unsur itu harus menggambarkan hubungan yang harmonis antara satu dengan lainnya. Sebab kekuasaan seorang pemimpin tidak berarti kewibawaan untuk mempengaruhi dan mengarahkan jalan pikiran pengikutnya.
3. Urgensi Pemimpin Dalam Komunitas Muslim
Dalam ajaran Islam urgensi pemimpin dalam komunitas muslim merupakan suatu kepastian, bahkan Rasulullah mengingatkan dalam batas dan wilayah yang sangat kecil sekalipun pemimpin itu sudah harus diadakan seperti Sabda beliau :Jika kamu bertiga maka pilihlah salah seorang sebagai pemimpin. Hadits ini mengisyaratkan bahwa jika dalam perjalanan saja perlu ada pemimpin, apalagi dalam komunitas yang jumlah relatif besar, dimana sangat banyak perkara yang muncul untuk diolah, dianalisis dan dikendalikan.
4. Model Kepemimpinan Rasulullah
Berbicara tentang model kepemimpian Rasulullah saw, yang merupakan rahamatan lil ‘alamin, pada hakikatnya adalah bicara tentang seorang tokoh pemimpin yang universal dan komprehensif, karena misi kepemimpinan Rasulullah saw tidak hanya tertuju kepada suatu kaum atau golongan.
Kepemimpinan rasulullah saw, sebagai suri teladan yang harus diikuti oleh umat Islam. Beliau memiliki akhlak yang agung dan mulia. Dengan keluhuran akhlak itulah beliau berdakwah, mengajak manusia menuju jalan yang diridhai Allah.
Model kepemimpinan Rasulullah saw, diawali dengan pembinaan akidah. Hal ini jelas sekali bahwa konsep dasar yang ditanamkan oleh Rasulullah pada periode Mekkah adalah membina akidah umat.
Dengan demikain, dapat dipahami bahwa masalah akidah adalah asas yang fundamental dalam Islam. Tanpa akidah yang koko, Islam seseorang tidak akan berarti.
BAB III
KESIMPULAN
Kepemimpinan rasulullah saw, sebagai suri teladan yang harus diikuti oleh umat Islam. Beliau memiliki akhlak yang agung dan mulia. Dengan keluhuran akhlak itulah beliau berdakwah, mengajak manusia menuju jalan yang diridhai Allah.
Model kepemimpinan Rasulullah saw, diawali dengan pembinaan akidah. Hal ini jelas sekali bahwa konsep dasar yang ditanamkan oleh Rasulullah pada periode Mekkah adalah membina akidah umat.
Dengan demikain, dapat dipahami bahwa masalah akidah adalah asas yang fundamental dalam Islam. Tanpa akidah yang koko, Islam seseorang tidak akan berarti.
Referensi :
Drs. RB. Khatib Pahlawan Kayo. 2005. Kepemimpinan Islam dan Dakwah.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Terimakasih informasinya
Assalamualaikum wr wb. ijin share pak ilmunya terkait dengan kepemimpinan ini. baguss,,,
Posting Komentar